Thursday, October 28, 2010
Pelatihan TIK di Singkawang
Saturday, October 23, 2010
Sambas kota Terigas

Tuesday, October 19, 2010
Pelatihan Integrasi TIK di dalam RPP anggaran tahun 2010.
Tuesday, August 31, 2010
Rainbow Bridge


Sunday, August 8, 2010
Pendidikan...
Ada artikel yang enak dibaca dan betul-betul mengena di hati, utamanya untuk para pendidik ....
(di tag oleh Ade Setio, didapat dari milis....
-------------------------------------------------------------------------------------
Pendidikan Kita - Oleh DR. Rhenald Kasali
-------------------------------------------------------------------------------------
Lima belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.
Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana.
Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah. Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. "Maaf Bapak dari mana?" "Dari Indonesia ," jawab saya. Dia pun tersenyum.
Budaya Menghukum
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.
"Saya mengerti," jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. "Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak-anaknya dididik di sini,"lanjutnya. "Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! " Dia pun melanjutkan argumentasinya.
"Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat," ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya. Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.
Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai "A", dari program master hingga doktor. Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan. Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut "menelan" mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.
Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan.
Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.
Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya.
"Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan," ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.
Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. "Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti." Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.
Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan "gurunya salah". Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.
Melahirkan Kehebatan
Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh. Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh. Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.
Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.
(*) Ketua Program MM UI
Sumber: Milis Bisnis-Karir
semoga bermanfaat bagi yang membaca.. :)
»» read more
Sawan!!!
SAWAN adalah kata yang tepat digunakan untuk menceritakan apa yang baru saja ku lalui di minggu siang ini. Simak ceritanya...
SAWAN PERTAMA...
Aku, kakak, anak tertua dan ponakan ku, berempat kami mengendarai sepeda motor bebek dengan santainya menuju salah satu toko laptop terdekat di daerah tempat tinggal ku.
Toko yang dituju sudah jelas di depan mata ketika tiba - tiba dari arah belakang melaju sepeda motor yang dikendarai oleh orang yang (tidak) muda... SAWAN kami keluar karena bukan saja karena kecepatan pengendara itu menimbulkan angin yang menerpa kami, tapi juga suara knalpot motornya lebih mirip jika kubilang seperti bunyi mesin motor air yang pernah ku dengar di daerah Sanggau.
SAWAN KEDUA...
Selesai membeli barang yang dibutuhkan, kamipun menuju arah kedua, mencari remote dvd player yang hilang. toko yang kami tuju berada di daerah sungai jawi. daerah kecil yang sangat padat lalu lintasnya. belum lagi kebiasaan para pengguna jalan yang merasa mereka seperti anak jendral ternama dengan pangkat tak terkalahkan... sombong... dengan seenak udelnya menyeberangi jalan atau berjalan lambat di tengah tanpa perduli pengguna lainnya. remote yang dicari tidak diketemukan, tapi malah dua gadis remaja yang (juga) dengan seenak udelnya membuang sampah plastik bungkus kaos kaki warna warni mereka ke motor kami... ya amploooppp... nih anak mungkin tidak pernah mendapat pendidikan tentang TEMPAT SAMPAH...pffff.... Apa tidak ada BUDAYA MALU lagi ya di kotaku ini. Lalu apa jadinya kalau generasi sekarang juga tidak mempunyai kesadaran tentang arti penting KEBERSIHAN. Benar - benar bikin SAWAN.
SAWAN KETIGA...
Akhirnya sampai juga dirumah. Panas, capek dan puyeng jadi satu. Barang yang dicari belum ketemu (berhubung tiap Minggu toko hanya buka sampai jam 12 siang). Rasa capek sedikit hilang ketika sayup - sayup terdengar bunyi merdu mangkuk dipukul sendok dari gerobak mamang rujak. Alhamdulillah... akan kunikmati rujak seger... (pikirku).
Pesanan rujak datang dan tanpa ragu ku nikmati... tapi sekali lagi aku sedikit kecewa karen nenas kesukaanku cuma ada 3 iris... jiaaaahhhhh..... Alasan si mamang adalah "nenas mahal sekarang mbak... harga naik menjelang puasa. Jadi saya berjualan juga seadanya". Ya ampyun.... HARGA NAIK MENJELANG PUASA.... memang jadi tradisi di negaraku... kalau sudah NAIK... wassalam deh mau turun lagi....
BENAR-BENAR SAWAN.
*SAWAN : rasa takut, was was, kaget, yang menimbulkan suasana
hati tak menentu, pompa jantung terasa kencang,
dalam kadar tinggi bisa menyebabkan KERACUNAN FIKIRAN.
(Bahasa Pontianak)
»» read more
Sunday morning
This is a bright sunday morning. I start my day at the dawn, prepare the stuff for my little daughter, princessy. Wake her up and brush her teeth. Give her bread for her meal. She is going to Singkawang with my mom, to my lil sis' home. She looks excited even she should wake up early. After all get ready, she wakes her older sis, Queeny. Then as usual... they have their own time on their room. I just can hear their laugh... so sweet. Suddenly i feel so miserable... something gonna lost from my eyes... she'll go for about 3 weeks there. pffff...
5:15. Me, my husband and queeny take princessy and my mother to the alley. We're waiting for the bus that will take them to Singkawang. At 6.00 the bus comes. I hug her tight. My little princess will leave me for a long time and for the first time. we never been separated more than a week. i'm gonna miss he so much. Queeny hugs her tight too, she kisses her little sis so deep. And i believe she'll miss her lil sis too so much. Only my husband looks so if something never happen. But I know that he's the most to lose. I know it because as soon as the bus departed, he was stunned.
6.30. We go to GOR to have our breakfast. Chicken porridge of Abah Barata... yummy... hahahha.... Getting all into our stomach make us happy of course... then we go back home....
Relax ourselves with shower and now here we are....pampering ourselves with tv, music and game...
miss u my lil princess... wait for bunda next wednesday... :)
»» read more
Friday, August 6, 2010
practice
it's been a long time since i tried to make my own blog (but then i let it down by accident). trully i'm not really good in making blog further fill it... i admit that my students expert on it than i.
but of course i have to try first. now here i am... with my short sentence... :)
»» read more
Subscribe to:
Posts (Atom)